Assalamualaikum


Selasa, 18 Maret 2014

Konsep Sehat, Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental dan Teori Kepribadian Sehat

Nama : Aristya Fajrina Dimayanti
Kelas : 2PA08
Npm : 11512153

      1. Konsep Sehat
Konsep sehat dan kesehatan merupakan dua hal yang hampir sama tapi berbeda. Konsep sehat menurut Parkins (1938) adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya. Sementara menurut White (1977), sehat adalah suatu keadaan di mana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan. Menurut UU pokok kesehatan, pengertian sehat adalah keadaan yang meliputi sehat badan (jasmani), rohani (mental), dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun mengembangkan definisi tentang sehat. Pada sebuah publikasi WHO tahun 1957, konsep sehat didefenisikan sebagai suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang dimiliki. Sementara konsep WHO tahun 1974, menyebutkan Sehat adalah keadaan sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Sementara Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional Ulama tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai ketahanan “jasmaniah, ruhaniyah dan sosial” yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan tuntunan-Nya, dan memelihara serta mengembangkannya.
Konsep sehat berdasarkan beberapa dimensi yaitu sebagai berikut :
  1. Dimensi Emosi yaitu Diartikan sebagai kemampuan untuk mengenali emosi, seperti takut, kenikmatan, kedukaan dan kemarahan dan untuk mengekspresikan emosi-emosi itu secara tepat. Kesehatan emosional atau afektif.
  2. Dimensi Intelekual yaitu Dikatakan sehat  secara intelektual yaitu jika seseorang memiliki kecerdasan dalam kategori yang baik mampu melihat realitas. Memilki nalar yang baik dalam memecahkan masalah atau mengambil keputusan.
  3. Dimensi Sosial yaitu kemampuan untuk membuat dan mempertahankan hubungan dengan orang lain.
  4. Dimensi Fisik yaitu Dikatakan sehat bila secara fisiologis (fisik) terlihat normal tidak cacat, tidak mudah sakit, tidak kekurangan sesuatu apapun.
  5. Dimensi Mental yaitu kemampuan berfikir dengan jernih dan koheren. Istilah ini dibedakan dari kesehatan emosional dan sosial, meskipun ada hubungan yang erat di antara ketiganya.
  6. Dimensi Spiritual yaitu kemampuan seseorang untuk segala hal yang berkaitan dengan Agama atau kepercayaan, bagaimana dia menjalankan perintah dan menjauhi larangannya. orang yang sehat secara spiritual adalah mereka yang memiliki suatu kondisi ketenangan jiwa dengan id mereka. Secara rohani dianggap sehat karena pikirannya jernih tidak melakukan atau bertindak hal-hal yang diluar batas kewajaran sehingga bisa berpikir rasional.

     2. Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Ini merupakan suatu pembahasan yang sangat luas, karena perkembangan kesehatan mental ini terjadi di seluruh dunia. Setelah Perang Dunia II, perhatian masyarakat mengenai kesehatan jiwa semakin bertambah. Kesehatan mental bukan suatu hal yang baru bagi peradaban manusia. Pepatah Yunani tentang mens sana in confore sano merupakan satu indikasi bahwa masyarakat di zaman sebelum masehi pun sudah memperhatikan betapa pentingnya aspek kesehatan mental. Yang tercatat dalam sejarah ilmu, khususnya di bidang kesehatan mental, kita dapat memahami bahwa gangguan mental itu telah terjadi sejak awal peradaban manusia dan sekaligus telah ada upaya-upaya mengatasinya sejalan dengan peradaban. Oleh karena itu saya akan membahasnya secara singkat. Sejarah Kesehatan Mental merupakan suatu cerminan pemahaman masyarakat tentang gangguan mental dan tindakan yang diberikan.
Ada beberapa pandangan masyarakat terhadap gangguan mental di dunia barat :
1.      akibat kekuatan supranatural
2.      dirasuki oleh roh/setan
3.      dianggap kriminal karena memiliki derajat kebinatangan yang besar
4.   dianggap memilaiki cara berpikir irrasional.
5.      dianggap sakit
6.      merupakan reaksi terhadap tekanan atau stress maladaptive
7.      melarikan diri dari tanggung jawab 
Untuk lebih lanjutnya, berikut dikemukakan secara singkat tentang sejarah perkembangan kesehatan mental.

Zaman Prasejarah
Seperti apakah penyakit mental yang dialami pada zaman purba? Ada suatu spekulasi bahwa beberapa gejala penyakit mental saat ini sama dan sangat mirip dengan yang ada pada saat itu. Pada zamannya, manusia purba sering mengalami gangguan-gangguan baik mental maupun fisik seperti infeksi arthritis, penyakit pernapasan dan usus. Tetapi penyakit mental pada saat itu benar benar ditangani cara pandang mereka adalah  merawatnya sama seperti penyakit fisik, karena berfikir bahwa mental dan fisik disebabkan oleh penyebab yang sama, yakni roh-roh jahat, halilintar atau mantera-mantera musuh. Jadi tindakan perawatan yang diberikan untuk penyakit baik mental maupun fisik adalah seperti menggosok, menjilat, menghisap, memotong dan membalut.
Peradaban-peradaban Awal
Dalam peradaban yang dikenal di Mesir, Mesopotamia, India, Cina dan lainnya sepanjang zaman kuno (dari 5000 SM sampai 500 tahun M), penyakit mental mulai menjadi hal umum. Di Mesopotamia, penyakit mental dihubungkan dengan roh atau setan dan perawatannya dilakukan dengan upacara-upacara agama dan magis agar setan keluar dari tubuh si pasien. Sedangkan di Mesir, ilmu kedokteran agak lebih maju dan rasional. Contohnya seperti yang otak digambarkan untuk pertama kalinya dan diketahui juga peranannya dalam proses mental, dan disana juga dikembangkan terapi untuk pasien berupa rekreasi dan pekerjaan, serta diterapkan juga psikoterapi untuk mengobati penyakit mental. Sedangkan di Yahudi, penyakit mental diartikan sebagai suatu hukuman dari Tuhan dan hanya diobati dengan bertaubat.

·         Phytagoras (orang yang pertama memberi penjelasan alamiah terhadap penyakit mental).
·         Hypocrates (Ia berpendapat penyakit / gangguan otak adalah penyebab penyakit mental).
·      Plato (gangguan mental sebagian gangguan moral, gangguan fisik dan sebagiaan lagi dari dewa-dewa).

Abad Pertengahan ( Abad Gelap)
Pada abad pertengahan, gangguan mental tidak dianggap sebagai penyakit. Banyak kebiasaan yang telah dilakukan dalam ilmu kedokteran sebelumnya tidak dilanjutkan, dan hal yang lebih buruk seperti takhayul dan ilmu tentang setan malah dihidupkan kembali. Exorcisme pada abad ini digunakan sebagai perawatan orang yang mengalami gangguan mental. Yaitu dengan menggunakan mantra- mantra dan jimat-jimat.pada tahun 1600an (dan sebelumnya) : Orang yang sakit secara mental dahulu kala dianggap sebagai “orang yang kesurupan”  yang mengalami gangguan mental dimasuki oleh roh-roh. Maka dari itu penyembuhannyapun juga melalui healer, shaman atau penyembuh yang lebih dikenal dengan istilah dukun.

Zaman Renaisans
Saat para pasien sakit mental tenggelam dalam dunia takhayul, zaman ini tepatnya digambarkan sebagai “terang dalam kegelapan”. Di Switzerland, mengakui penyebab rasional penyakit mental dan menolak adanya kaitan dengan demonology. Di Prancis, lebih menggunakan pendekatan yang manusia terhadapa para pasien sakit mental,menganggap bahwa penyakit mental tidak berbeda dengan penyakit fisik.Tahun 1724Pendeta Cotton Mather menjelaskan masalah kejiwaan yang menyebabkan gangguan yang terjadi di dalam tubuh sekaligus mematahkan takhayul yang berkembang selama ini.

Abad XVII – Abad XX
Pada abad ini masih merupakan proses peralihan dan pendekatan demonologis ke pendekatan ilmiah terhadap penyakit mental karena memang tidak terjadi dalam waktu yang singkat. Tahun 1812Benjamin Rush menjadi orang pertama yang mencoba menangani penyakit mental secara manusiawi. Llu itu di Inggris, muncul optimisme dalam menangani pasien sakit jiwa dengan perkembangan teori dan teknik untuk menangani orang sakit jiwa ini di rumah sakit. walaupun dalam prakteknya sering mengalami kegagalan sehingga lambat laun-pun muncul masa terapi pesimisme. Dan pada tahun 1950  diteruskan untuk melanjutkan mendidik publik Amerika pada isu-isu kesehatan mental dan mempromosikan kesadaran akan kesehatan mental.

Psikiatri
Pada tahun 1900- an, gangguan mental dianggap sebagai bukan penyakit. Dilakukannya usaha untuk menolong para pasien sakit mental tetapi akhir abad itu dokter-dokter belum menemukan penyebab atau pencegahan, penyembuhan, atau perawatan yang efektif terhadap penyakit mental meskipun mereka telah mengklasifikasikan beribu-ribu macam kekalutan mental. Selama abad ke-19 perkembangan dalam kesehatan mental terjadi pada 4 bidang umum: perlakuan terhadap pasien sakit mental yang lebih manusiawi dan rasional oleh masyarakat, langkah-langkah untuk memperbaiki lembaga untuk penyakit mental, perhatian para penulis besar dan filsuf yang berpengaruh terhadap psikologi dan tingkah laku manusia, dan suatu sistem klasifikasi yang komprehensif bagi kekalutan mental. Tahun 1952Obat antipsikotik konvensional pertama, chlorpromazine diperkenalkan untuk pertama kalinya dan digunakan untuk menangani pasien skizofrenia dan gangguan mental utama lainnya. Tahun 1979: NAMH menjadi the National Mental Health Association (NAMH).

     3. Teori Kepribadian Sehat Menurut:
·         Aliran Psikoanalisa
Psikoanalisis adalah cabang ilmu yang dikembangkan oleh Sigmund Freud dan para pengikutnya, sebagai studi fungsi dan perilaku psikologis manusia. Aliran psikoanalisa melihat manusia dari sisi negatif, alam bawah sadar (id, ego, super ego), mimpi dan masa lalu.
Kepribadian Sehat Psikoanalisa:
  1.  Menurut freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
  2. Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar.
  3. Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego.
  4. Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya.
  5. Dapat menyesuaikan keadaan dengan berbagai dorongan dan keinginan

Pandangan kaum psikoanalisa, hanya memberi kepada kita sisi yang sakit atau kurang, ‘sisi yang pincang’ dari kodrat manusia, karna hanya berpusat pada tingkah laku yang neuritis dan psikotis. Jadi, aliran ini memberi gambaran pesimis tentang kodrat manusia, dan manusia dianggap sebagai korban dari tekanan-tekanan  biologis dan konflik masa kanak-kanak.
·         Aliran Behavioristik
Teori Behaviorisme sendiri pertama kali diperkenalkan oleh John B. Watson (1879-1958). Behaviorisme juga disebut psikologi S – R (stimulus dan respon). Behaviorisme menolak bahwa pikiran merupakan subjek psikologi dan bersikeras bahwa psikologi memiliki batas pada studi tentang perilaku dari kegiatan-kegiatan manusia dan binatang yang dapat diamati. Aliran behaviorisme memperlakukan manusia sebagai mesin, yaitu di dalam suatu system kompleks yang bertingkah laku menurut cara-cara yang sesuai dengan hukum.
Aliran behaviorisme memiliki 3 ciri penting:
  1. Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen pada perilaku.
  2. Menekankan pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang tidak dipelajari. Behaviorisme menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
  3. Memfokuskan pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada perbedaan alami antara perilaku manusia dan perilaku binatang.  Kita dapat belajar banyak tentang perilaku diri kita dari studi  tentang apa yang dilakuka binatang. Menurut penganut aliran ini perilaku selalu dimulai dengan adanya suatu rangsangan yaitu adanya berupa stimulus dan diikuti beberapa reaksi berupa respon terhadap rangsangan itu.
Kepribadian yang sehat menurut behavioristik:
  1.  Memberikan respon terhadap faktor dari luar seperti orang lain dan lingkungannya.
  2. Bersifat sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman.
  3. Sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan sendiri.
  4. Menekankan pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang obyektif.

·         Aliran Humanistik
     Aliran ini berkembang pada tahun 1950. Humanistik merasa tidak puas dengan behaviori maupun dengan aliran psikoanalisis. Aliran humanistik ini mengarahkan perhatiannya pada humanisasi yang menekankan keunikan manusia. Psikologi Humanistik manusia adalah makhluk kreatif, yang di kendalikan oleh nilai-nilai dan pada pilihan-pilihan sendiri bukan pada kekuatan-kekuatan ketidaksadaran. Aliran humanistik memberi tekanan pada kualitas-kualitas yang membedakan menusia dengan binatang, yaitu kebebasan untuk memilih (freedom for choice) dan kemampuan untuk mengarahkan pekembangannya sendiri (self-direction). Banyak ahli menyebut teori tersebut sebagai “self-theorities” karena teori-teori tersebut membahas pengalaman-pengalaman batin, pribadi, yang berpengaruh terhadap proses pendewasaan diri seseorang, dan pertumbuhan itu diarahkan pada aktualisasi diri.
Kepribadian yang sehat menurut humanistik perilaku yang mengarah pada aktualisasi diri:
1)      Menjalani hidup seperti anak, dengan penerapan dan konsentrasi penuh.
2)      Mencoba hal-hal baru ketimbang bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak berbahaya.
3)   Lebih memperhatikan perasaan diri dalam mengevaluasi oengalaman ketimbang suara tradisi, otoritas, atau mayaoritas.
4)      Memikul tanggung jawab.
5)      Bekerja keras untuk apa saja yang dilakukan.

Sumber :
Schultz, Duane. (1991). Psikologi Pertumbuhan Model-model Kepribadian Sehat. Yogyakarta: Kanisius.
Puspitawati, I. Dwi Riyanti, Hendro Prabowo. (1996). Seri Diktat Kuliah Psikologi Umum I. Jakarta: Gunadarma.
http://psyche2nest.wordpress.com/2012/04/26/teori-kepribadian-sehat/
http://mlymutz.blogspot.com/2009/10/kesehatan-mental-teori-kepribadian.html